krisis pendidikan di Indonesia.

Menurut (Yonni dan Yunus: 2011) sangat jarang kita jumpai guru yang benar-benar menjalankan profesinya, tetapi hanya sebatas terpenuhinya kewajiban mengajar. hasil nilai angka kelulusan siswa jauh lebih penting dari pada proses pembelajaranya.

kalau kita telaah lebih jauh lagi, bahwa itulah sebab utama kualitas pendidikan kita paling rendah. kenapa kita masih medebatkan biaya APBN yang 20 %. padahal jika biaya APBN ditambah pun apakah kualitas pendidikan akan meningkat? saya rasa tidak. karena itu yang akan memberikan peluang bagi para mental korup di negeri ini. seharusnya kita sadar bahwa kualitas guru sangatlah penting. jangan salahkan anak murid kita jika mereka tidak bisa. tetapi, salahkanlah guru yang mengajarnya.

kita ambil contoh di negara Finlandia, mungkin negara ini jarang kita dengar tetapi ternyata negara ini menjadi peringkat pertama dalam kualitas pendidikan di dunia. apa sich rahasiannya ? ternyata di negara Finlandia fakultas pendidikan menjadi fakultas paling bergengsi, untuk masuk ke fakultas tersebut kita harus bersaing secara ketat. rata-rata dari 7 peminat hanya satu orang yang diterima. kegiatan pembelajarannya pun hanya 6 jam per hari dari, jam 08.00-13.00 sehingga dalam satu minggu hanya 30 jam. di sana juga bukan  full day atau non-asrama. guru-guru  di Finlandia sangat berprinsip dengan profesinya. gur merasa bersalah jika muridnya ada yang kurang paham. guru juga dituntut untuk menyusun kurikulum dan silabus yang sesuai visi misi sekolahnya. bahkan, mereka sangat kreatif dengan menyusun buku teks yang aplikatif.

Nampaknya perhatian negara Indonesia terhadap pendidikan sangat kurang. walaupun kita sering dengar banyaknya seminar-seminar pendidikan untuk para guru bahkan pemerintah mengadakan pelatihan-pelatihan guru. tetapi pemerintah belum mencabut akar permasalahan pendidikan yang sebenarnya. banyak juga guru bahkan kepala sekolah yang mengeluh tentang pelatihan guru, mereka banyak yang tidak mengikuti pelatihan alasannya yaitu biaya. padahal pelatihan guru sangat penting untuk kualitas para guru, tetapi karena masalah biaya terutama bagi sekolah rata-rata menengah ke bawah sehingga hanya 3 kali pelatihan dalam setahun bahkan ada yang 2 kali. jadi, akar masalah yang utama ada pada guru, untuk fasilitas atau yang lainya hanyalah pelengkap saja. jika masalah pendidikan ini dikendalikan sebelum menjalar pasti lebih mudah dari pada sekarang. tetapi tetap tidak ada kata terlambat bagi para pahlawan pendidikan.

Tinggalkan komentar